Kamis, 08 Februari 2018

Mimpi Buruk (Bekas Jumbling July 2017)

DOR! Satu lagi targetnya jatuh ditangan sniper muda itu. Teman-temannya yang lain keluar dari persembunyiannya dan membunuh anak buah targetnya, para koruptor.

Moe turun dari tempatnya. Dia menghampiri teman-temannya.

"Tidak biasanya tembakanmu meleset," ujar Ayame pada Moe.

"Hah? Meleset? Bukankah aku sudah membunuhnya?" tanya Moe heran.

"Ya benar kau membunuhnya, tapi tembakanmu sedikit berbeda dengan tembakan-tembakanmu sebelumnya," ujar Ayame.

"Yang terpenting adalah--," sebelum Moe sempat menyelesaikan kalimatnya, sebuah tangan besar mencengkram kaki Ayame dan menariknya, kemudian sosok itu menaruh belati di dekat leher Ayame.

"Hey!" seru Moe marah. Pria itu tertawa.

"Aku tahu aku akan mati sebentar lagi karena luka tembak ini tapi setidaknya aku mati membunuh seorang assassin hebat," ujarnya. Moe mengepalkan tinjunya, marah besar.

Untungnya Ayame segera mengambil belatinya dan menusukkannya ke tangan pria itu. Saat dia meraung kesakitan, Moe mengambil pistolnya dan menembaknya tepat dikepala. Pria itu mati.

"Huft, syukurlah. Moe, kau sepertinya sedikit melamun. Kau butuh liburan," ujar Ayame menepuk pundak Moe. Moe menatap mayat pria itu.

"Luka tembak di kepala...."

Entah kenapa luka tembak itu mengingatkannya pada malam itu. Malam dimana orang yang ia sayangi mati terbunuh.

------------------------------------

"Jadi," managernya memutar diri di kursinya, menghadap Moe, "kau dapat klien baru. Pergilah ke hutan di barat, targetmu ada disana."

"Baik," jawab Moe pelan. Managernya menghela napas.

"Moe, aku tahu hutan barat adalah markas lamamu. Tapi ini pekerjaan dengan imbalan besar. Lagipula Chikako sudah kita musnahkan," ujar managernya, menepuk pundak Moe.

"Aku tahu," jawab Moe pelan. Sekali lagi managernya menghela napas.

"Jika kau tidak mau, akan kuberikan pekerjaan itu pada Yuzuha," ujar managernya. Moe menggeleng.

"Aku bekerja untuk membunuh, sekalipun aku harus membunuh keluarga sendiri, dalam situasi apapun," ujar Moe, menghadap ke managernya. Kini managernya tersenyum.

"Ku tunggu hasil dari pembunuhanmu," ujar managernya. Dengan itu, Moe pergi keluar dan bersiap.

------------------------------------

Dia melompat dan bergantung dari pohon ke pohon. Sudah lama rasanya sejak dia melakukan itu, dia mulai bosan tinggal di perkotaan.

"Ah, sensasi hutan ini. Sudah lama aku tidak kesini," ujar Moe. Dia pun berhenti di satu pohon dan menyiapkan senapannya. Targetnya ada di depannya.

Dia menggantung dirinya terbalik di dahan itu. Dia membidik orang itu dan membunuhnya sekali tembak.

Dia menghela nafas, dan naik ke atas dahan itu, membereskan peralatannya.

Dia melihat mayat targetnya. Dia ingat bagaimana dia hanya bisa melihat dari dahan pohon, pertarungan Chikako dan Emiko. Dia sempat menembak Chikako berkali-kali.

"Moe?" Moe mendengar suara dari bawahnya.

"Masuta?" Moe kaget melihat sosok dibawahnya. Ia segera turun dan berlutut di hadapan master.

"Apa yang membawamu kesini?" tanya master.

"Ah, itu." Moe menunjuk mayat targetnya.

"Kau sudah besar sekarang," ujar master. "Apa kau mau kembali ke markas sebentar?"

Moe menggeleng. "Aku tidak mau mengingat kembali kejadian itu," ujar Moe. Mengingatnya saja sudah membuat kepalanya sakit.

"Baiklah, jika kau ingin berkunjung, kau tahu kemana harus pergi," ujar master dan dengan itu dia pergi. Moe berdiri, mundur beberapa langkah dan bersender di pohon.

Moe menatap ke atas. Tiada siapapun disana. Dia bisa menangis sekencangnya, dan itu dia lakukan. Namun dia tetap menutup mulutnya, tidak ingin menganggu master.

"Chan-Emi... Chan-Emi..." Moe memanggil-manggil Emiko yang telah tiada itu.

"Chan-Emi aku takut...!" Moe menggumamkan kalimat itu disela isak tangisnya.

Setelah cukup puas menangis, dia kembali ke arah timur, arah markasnya.

Namun begitu sampai disana,

Kaca pecah,

Kebakaran dimana-mana,

Mayat manusia berhamburan,

Sebuah mimpi buruk.

"Ada apa ini?"

DRTT. Headsetnya bergetar. Dia segera menyalakannya.

"MOE, PERGILAH DARI SINI!" suara Yumekawa terdengar di telinga Moe, sebelum suara Yumekawa memudar.

"CHAN-YUME! KAU MENDENGARKU?" seru Moe panik. Dia segera berlari ke dalam gedung, mengabaikan ultimatum Yumekawa sebelumnya.

'Aku tidak mau kehilangan... Tidak mau kehilangan... Tidak mau...' batin Moe dan tersu berlanjut seiring dia berlari kesana kemari. Namun ia terlambat, semua sudah menjadi mayat. Dia juga sempat melihat mayat Akijou, Asami, dan Yuzuha.

"Aku... terlambat... lagi...," gumam Moe dengan nafas terengah-engah. Dia terjatuh ke lantai, kakinya sudah tidak punya kekuatan untuk menopangnya. Mimpi buruknya terjadi lagi, ini yang ketiga kalinya. Pertama kakaknya, lalu Emiko, sekarang seluruh teman-temannya.

Dia terisak disana, menatap ke lantai.

"Shizuka, Moe," panggil seseorang yang ia kenal betul suaranya.

"Chikako...," Moe berbalik melihat Chikako dibelakangnya. Dia berdiri dan menatap Chikako dengan marah.

"HEARGHHHH!!" Moe menyerang Chikako dengan tangan kosong. Namun tidak satupun serangannya mengenai kanibal berdarah dingin itu. Sebenarnya untuk pertarungan jarak dekat, Chikako lebih unggul. Moe tahu betul. Namun kini ia sudah kehilangan kendalinya.

"ARGHH!! MATI KAU CHIKAKO!!" Moe terus menyerangnya. Namun Chikako terus menghindarinya.

"Kau tahu? Setelah ini aku akan membunuh master kesayanganmu," ujar Chikako sambil terus menghindar.

"Kau menyerangku pun tidak akan berpengaruh, kau tahu betul diriku," lanjut Chikako, kemudian menahan tinju Moe dan menahannya di tempat. Moe melancarkan tinju dengan tangannya yang bebas namun di tepis dengan mudah oleh Chikako.

"Saatnya kau mati Shizuka Moe." Dengan itu, Chikako menusuk Moe dengan pedangnya.

"Uhuk."

"Chan...Emi... Aku akan... menyusulmu...," ujar Moe pelan, kemudian terjatuh di lantai.

------------------------------------

"Moe?"

"Kau bisa mendengarku?"

"Moe?!"

"Chan-Emi...?" gumam Moe. Dia membuka matanya.

"Astaga dia membuka matanya! Moe-san masih hidup!" seru Yuzuha berlari keluar. Moe melihat sekelilingnya. Ruangan putih bersih itu kemudian dimasuki teman-temannya.

"Syukurlah Moe-san," ujar Akijou.

"Apa yang terjadi?"

"Kau tertusuk di pinggangmu saat melawan para koruptor, tepat setelah kau turun dan menghampiri Ayame," jawab Yumekawa. "Kau tidak ingat?"

Moe menggeleng.

"Ayo kemari! Moe-san sudah sadar!" ujar Yuzuha, menyuruh seseorang datang. Moe melihat kearah pintu. Seorang gadis yang rambutnya diikat masuk ke dalan ruangan.

"Syukurlah, Moe."

"Chan...Emi...?"

Bayangan Emiko tiba-tiba berubah, menjadi managernya.

"Apa? Aku managermu bukan Emiko," ujar managernya kemudian menghampiri Moe.

"Kau bermimpi buruk?" tanya managernya. Moe mengangguk.

"Baiklah, aku tahu ini bukan saat yang tepat. Tapi teman-teman lamamu dan mastermu, mereka hilang," ujar managernya.

"Bukankah masuk akal kalau mereka pergi ke suatu tempat mencari persembunyian baru?" tanya Moe.

"Aku ingin bilang begitu. Namun, ditemukan banyak darah disana. Dan kau tahu sendiri mereka tidak mungkin membunuh disana."

Moe tersentak. Jantungnya berdegup kencang. 'Kenapa? Kenapa ini harus terjadi padaku?' batinnya.

Dan seketika, seluruh teman di ruangan itu hilang seperti bayangan. Moe kaget. Terdengar langkah kaki dari luar, dan kaki itu berhenti di depan Moe.

"Suka dengan apa yang kau lihat?" tanya Chikako. Sebuah seringai terlihat jelas di wajahnya.

"Apa yang kau lakukan padaku?!" Moe membentak Chikako.

"Aku ingin kau mati perlahan dalam ketakutan! Supaya dagingmu akan lebih enak dimakan," ujar Chikako, menjilat bibir atasnya.

"Oh, dan ngomong-ngomong, aku sudah memakan semua temanmu."

Mimpi buruk telah terjadi dalam kehidupan Moe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pindah

AKIKO PINDAH LAPAK WWWW Jadi ke wordpress kkkk Linknya disini yak UwU Tapi beberapa rant masih tetep disini, kkkk Kenapa pindah? Ka...