Selasa, 16 Januari 2018

The Red Fate ch1 (The String)

Benang merah ...

Benang yang mengikatmu dengan jodohmu. Benang tidak terlihat yang mengikat takdir.

Namun ...,

Aku bisa melihatnya.

Sudah sejak kecil, aku terus melihat benang merah beterbangan dimana-mana. Bentuknya tipis, namun kuat. Benang itu sebenarnya tidak terlihat seperti benang, lebih seperti tali yang bisa melar dan melawan gravitasi.

Aku pernah melihat, benang merah orang tuaku tidak menyatu. Itu menjadikan mereka akhirnya bercerai, dan meninggalkan aku dan adik-adikku mengurus diri kami sendiri saat aku lulus SMA. Untungnya mereka berjanji akan membiayai sekolah kedua adikku sampai lulus SMA.

Tapi aku sering berpikir, jika mereka tidak di takdirkan bersama, mengapa mereka menikah pada awalnya, hingga menghasilkan tiga anak?

Aku tidak tahu.

Yang terpenting sekarang adalah kelangsungan hidupku dan adik-adikku.

Aku bekerja di sebuah minimarket dekat rumah. Penghasilan itu cukup untuk kami makan sehari-hari, bahkan rasanya kebutuhan lain pun tercukupi. Aku tidak melanjutkan sekolah ke universitas, karena aku tidak bisa menghidupi kami jika aku kuliah dulu.

Aku mulai melupakan soal benang merah itu, walaupun aku masih melihatnya beterbangan dimana-mana. Terkadang, aku iseng melihat benang merah pelanggan, namun aku tidak pernah memandangnya terus menerus.

Kecuali satu.

Aku menemukan pelanggan,

Yang benangnya menyatu dengan benangku.

"Hey, apa kau sudah selesai?" tanyanya, membuyarkan lamunanku.

"Maaf!"

Sembari memasukkan barang belanjaannya ke kantung plastik, aku memperhatikannya. Sosok laki-laki tinggi berambut panjang, terlihat cukup keren.

"Ini belanjaan anda, ada tambahan?" ujarku, dengan kalimat yang selalu aku ucapkan setiap hari.

"Tidak terimakasih." Ia mengambil kantung belanjaannya kemudian pergi. Aku terus menatapnya.

Oh, kapan aku bisa bertemu dengannya lagi?

"Horikawa."

"Eh, ada apa, Mutsunokami-senpai?" ucapku saat senpaiku memanggil.

"Waktunya gantian. Kau lupa ya?" ujarnya, dengan cengiran khas menempel di wajahnya.

"Maaf," ucapku, lalu membiarkan Mutsunokami-senpai menggantikanku. Aku pergi ke ruang ganti karyawan dan melepas seragamku, mengambil tasku lalu pergi hendak menjemput adikku.

***

"Yamanbagiri, apa kau mendapat teman baru?" tanyaku. Adikku menggeleng.

"Mereka selalu menatapku dengan aneh, aku tidak suka," ujar Yamanbagiri. Aku tertawa runyam, dan aku pun iseng melihat benang merah adikku.

Panjang, entah berakhir dimana. Yang pasti, dia tidak akan menemukan jodohnya dalam sekolahnya sekarang. Dan tentu aku tidak akan membiarkannya.

Perhatianku teralihkan saat aku melihat sekelebat rambut hitam lewat di seberang jalan. Rambut panjang dan indah.

Jodohku.

"Apa yang kau lihat, Horikawa-nii?" tanya Yamanbagiri saat aku berhenti untuk melihat orang itu.

"Ah, tidak, bukan apa-apa," ujarku, lalu kembali berjalan menuju sekolah Yamabushi, adikku yang satunya.

***

Aku memasak makanan malam untuk kedua adikku dan diriku. Setelah meletakkan makanan di atas meja, aku kembali melamun.

"Horikawa-niisan?" panggil Yamabushi. Lamunanku kembali buyar.

"Ah, ada apa, Yamabushi?" tanyaku. Adikku tertawa dengan tawa khasnya.

"Tidak, aku hanya penasaran kenapa nii-san melamun terus dari tadi," ujar Yamabushi.

"Tadi juga waktu di jalan, ia memandangi seseorang di seberang jalan," ujar Yamanbagiri. Aku merasakan wajahku memerah.

"O-ho... Apa kakakku sudah merasakan jatuh cinta?" tanya Yamabushi.

"Sudahlah, makan saja."

Yamabushi tertawa kecil kemudian mulai melahap makanannya.

Setelah makan, aku memastikan adik-adikku sudah menyiapkan peralatan sekolah mereka, dan tidak lupa memastikan mereka tidur tepat waktu. Setelah yakin mereka sudah tidur, aku kembali ke kamarku.

Naik ke atas kasur dan memeluk guling. Rutinitas malamku, merenung. Namun kali ini berbeda, aku yang biasanya merenung soal takdir kedua orang tuaku, kini merenungkan orang yang kutemui di minimarket itu.

Posturnya yang tinggi tegap, parasnya yang rupawan, rambut panjangnya, sesuatu yang tidak bisa lepas dari pikiranku. Aku melirik benang di jari kelingkingku. Benang itu merambat dan menembus dinding, menuju padanya.

Aku ingin menemuinya.


Kubulatkan tekadku untuk menemuinya, esok hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pindah

AKIKO PINDAH LAPAK WWWW Jadi ke wordpress kkkk Linknya disini yak UwU Tapi beberapa rant masih tetep disini, kkkk Kenapa pindah? Ka...