Minggu, 25 Maret 2018

Akan Aku Buktikan. Yamanbagiri Kunihiro x Reader

"Yamanbagiri~!"

Lagi-lagi suara riang nan nyaring memanggil nama pedang itu. Namun yang dipanggil tidak mengindahkannya, dia hanya menghela napas dan terus berjalan tanpa menengok ke si pemanggil.

(Y/n) tampak cemberut saat Yamanbagiri tidak mengacuhkannya. Bibirnya dimajukan dan pipinya digembungkan. Ia sudah remaja, namun kelakuannya seperti anak kecil. Itulah yang membuat Yamanbagiri kewalahan dan berusaha menghindarinya.

(Y/n) adalah adik dari saniwa di citadel itu. Sangat berbeda dengan kakaknya yang pendiam.

Gadis itu tidak menyerah. Sembari bersenandung ia melompat-lompat ke arah Yamanbagiri.

"Eii!!" serunya ketika menyambar tangan Yamanbagiri. "Yamanbagiri, kamu kok dingin padaku?"

Yamanbagiri kembali menghela napas. Aku tertangkap, pikirnya. Ia menengok ke arah (y/n) yang bergelayutan di tangannya.

"Bukan apa-apa," jawab Yamanbagiri singkat.

(Y/n) malah semakin cemberut. "Kau menyembunyikan sesuatu ya dariku?" tanya (y/n).

Shimatta.

Yamanbagiri menarik tudungnya hingga semakin menutupi wajahnya.

"Tuh kan!"

Yamanbagiri mengembuskan napas berat untuk kesekian kalinya. (Y/n) seperti dapat menembus pikirannya.

"Yah, tapi kalau kamu tidak mau memberitahuku, kurasa itu memang hal yang tidak penting," ujar (y/n) kemudian, makin mengeratkan pegangannya pada tangan Yamanbagiri.

Mereka hanya berjalan-jalan berkeliling citadel. Yamanbagiri bahkan lupa pada tujuan awalnya keluar kamar. Entah itu untuk minta bantuan Kasen atau Shokudaikiri. Ia benar-benar lupa.

"Hei, Yamanbagiri," panggil (y/n). "Suatu saat nanti, aku ingin jadi saniwa, menggantikan kakak. Apa itu mungkin?" tanya (y/n). Yamanbagiri tertegun. (Y/n)? Saniwa? Menggantikan kakaknya?

Yamanbagiri mungkin dalam masalah besar.

"Memangnya kau bisa jadi saniwa?" tanya Yamanbagiri. (y/n) memukul lengan Yamanbagiri.

"Apa-apaan itu?! Tentu saja bisa!" seru (y/n). Ia melepaskan genggamannya pada lengan Yamanbagiri dan berdiri di depannya. Ia mengacungkan jari telunjuknya.

"Akan kubuktikan padamu, Yamanbagiri. Akan kubuktikan kalau aku layak menggantikan kakak!"

Pedang-pedang yang kebetulan berada disana menengok, entah merasa jengkel atau tertarik dengan suara (y/n) yang keras.

"Lalu bagaimana kau membuktikannya kalau kau bahkan belum pernah menjadi saniwa?" tanya Yamanbagiri.

"A-a-akan kubuktikan, bagaimana pun caranya! Aku akan membantu pekerjaan kakak bila itu diperlukan! Lihat saja nanti!" seru (y/n) lagi. Ia segera berlari menuju ruangan kakaknya dalam citadel.

Entah mengapa, senyuman kecil mengembang di wajah Yamanbagiri.

***

Hari-hari selanjutnya dilewati Yamanbagiri dengan tenang. Tidak ada teriakan ataupun sahutan (y/n) yang menyebalkan. Yamanbagiri hanya duduk di teras depan ruangannya tidak tahu harus apa.

"Kuakui, sekarang benteng terasa sepi tanpa sahutan (y/n)," ucap Horikawa, menghampiri Yamanbagiri. Yamanbagiri menengok.

"Ya."

"Kau tidak akan melihatnya? Baru beberapa hari kemarin ia berseru ingin menunjukkan padamu, kan?" tanya Horikawa. Yamanbagiri bungkam. Ia hanya menatap kosong langit biru.

Derap kaki buru-buru terdengar menghampiri. "Horikawa~!" Suara yang sangat Yamanbagiri kenal mendekat.

(Y/n) berdiri disana. "Horikawa, kau dipanggil kakakku, sekarang," ujarnya masih terengah-engah. Horikawa segera beranjak, meninggalkan Yamanbagiri dan (y/n) berdua.

Keheningan menyelimuti mereka. (y/n) hanya terdiam menatap Yamanbagiri yang tetap tidak bergeming dari tempatnya.

"Kau masih ada urusan?"

(y/n) gelagapan begitu Yamanbagiri membuka mulut. Ia menarik napas panjang dan menenangkan diri, sebelum akhirnya duduk disamping pedang itu.

"Memangnya tidak boleh kalau aku diam disini?" tanya (y/n). Yamanbagiri menatapnya. Entah dengan sihir apa itu, Yamanbagiri merasa (y/n) terlihat lebih dewasa. Secara refleks Yamanbagiri menggeleng.

(y/n) bergelantung di lengan Yamanbagiri seperti kebiasaannya duu, membuat pedang bertudung itu tersentak.

"Jadi, bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Yamanbagiri. "Sudah bisa membuktikan kalau kau bisa jadi saniwa?"

(y/n) mengangguk pasti. "Tinggal menunggu waktu."

Kembali teras itu sunyi. Lambat laun (y/n) mulai tertidur. Yamanbagiri menatapnya.

"Dasar, kau hanya kesini untuk tidur di lenganku?"

Yamanbagiri menghela napas. Perlahan ia usap kepala adik tuannya itu. Rambutnya yang lembut serasa memanjakan jemari kekar Yamanbagiri.

***

(y/n) terbangun. Ia menyadari bahwa ia masih bergelayut di lengan Yamanbagiri.

"A-ah. Aku ketiduran." (y/n) tertawa runyam. Namun tidak ada sahutan apapun dari pedang di sebelahnya. (y/n) menatap Yamanbagiri. Yamanbagiri tidak tertidur, tapi tidak juga menggubrisnya. Ia masih menatap pemandangan di depannya dengan tatapan tak berarti.

"Kau lebih baik istirahat, (y/n). Dengkuranmu keras sekali."

"Ap--"

(y/n) seketika berdiri. Pergi dari sana sembari menutupi mukanya yang merah karena malu. Yamanbagiri menatap kainnya.

"Dia mengotori kainku." Yamanbagiri menghela napas. "Ini cocok untukku."

Ia akan memastikan Kasen tidak akan mencuci kain ini.

***

"Jadi, kau mau berhenti jadi saniwa?" tanya Kiyomitsu. Tuannya itu mengangguk mengiyakan.

"Kenapa?" tanya Yamanbagiri. (Nama kakak) hanya tersenyum.

"Aku pikir sudah waktunya. Kalian, baik-baik dengan yang baru, ya," ucapnya, kemudian mengambil kopernya lalu pergi dari sana. Kiyomitsu dan Yamanbagiri hanya menatapnya pergi.

"Yaah~ Dia sudah pergi. Aku akan merindukannya," ucap Kiyomitsu, berjalan memasuki area citadel. Yamanbagiri terus mematung disana, tidak tahu harus bagaimana.

Mungkin (y/n) benar-benar menjadi pengganti (n/k), pikirnya. Tapi (y/n) sudah pergi dari benteng itu lebih dulu, beberapa hari yang lalu. Karena sebuah urusan dia tidak bisa terus-terusan berada di benteng.

"Aku tidak mau tuan lain selain (y/n)." Sebuah suara datang dari luar, seperti suara Imanotsurugi. "(y/n)-sama sudah bekerja keras. Seharusnya dia yang menggantikan (n/k) aruji-sama."

Yamanbagiri setuju dengan pernyataan Imanotsurugi. Tapi ia sadar, (y/n) tidak bisa dipaksa.

Yamanbagiri kembali ke ruangannya. Duduk di teras sebagaimana waktu (y/n) ada disana. Yamanbagiri kembali melihat kainnya yang dengan susah payah ia sembunyikan dari Kasen.

"Bekasnya masih ada."

"Kyoudai," panggil Horikawa. Yamanbagiri menoleh. "Kau tidak akan menyambut tuan baru?" tanyanya.

Yamanbagiri memalingkan mukanya. "Cepat atau lambat juga aku harus kesana. Aku akan disini dulu sekarang, kyoudai," jawab Yamanbagiri.

"Hee.... Tapi kupikir kau akan senang melihatnya," ujar Horikawa. Wakizashi itu pun berlalu.

Tubuh Yamanbagiri terasa mengangkat dengan sendirinya, berdiri dari posisinya dan berlari ke ruang depan.

Semua touken danshi mengerumun. Yamanbagiri tidak dapat melihat siapa saniwa baru itu. Setelah menyikut dan menerobos, Yamanbagiri akhirnya sampai ke tengah kerumunan.

"(y/n)? Bukankah--"

(y/n) spontan memeluk Yamanbagiri. "Yamanbagiri~ Aku berhasil loh~!" Ia melepas pelukannya dan menatap Yamanbagiri dengan senyuman yang sangat lebar bertengger di wajah putihnya.

"…. Begitu ya." Yamanbagiri menutup wajahnya dengan tudungnya rapat-rapat.

(y/n) memegang tangan Yamanbagiri dan membuka tudungnya. Mata Yamanbagiri terlihat berkaca-kaca.

"Ya! Bubar semua! Bubar! KA KA KA!" seru Yamabushi. Kerumunan itu bubar, meninggalkan Yamanbagiri dan (y/n) sendirian.

"Kenapa kau menangis? Kan sudah kubilang, aku akan membuktikan kalau aku bisa menggantikan kakak, bagaimana pun caranya. Ingat?"

Sekali lagi Yamanbagiri menutup wajahnya dengan tudung. Ia mengangguk pelan.

Yamanbagiri menatap (y/n). "Aku, Yamanbagiri Kunihiro. Aku ditempa atas permintaan tuan istana Ashikaga, Nagao Akinaga … sebagai tiruan dari Yamanbagiri. Tapi--" Yamanbagiri menahan kalimatnya.

"Kau bukan pedang palsu. Kau adalah mahakarya Kunihiro," lanjut (y/n). "Dan aku, (l/n)(y/n), akan memimpinmu sebagai saniwa disini sampai tua."

"A-- tunggu. Kau disini sampai tua?!"

"Iya, sampai tua. Sampai aku lebih reot dari Mikazuki dan penyakit encoknya itu."

"…."

"Kenapa?" Kau tidak suka ya? Aww, sayang sekali ya Yamanbagiri~."

"T-tidak! Bukan!"

"Hihi, manisnya."

"Jangan sebut aku manis! Jangan tertawa seperti itu!"

Tawa (y/n) lepas, melihat pedangnya itu gelagapan. Seperti dulu, gadis itu langsung bergelayut di lengan Yamanbagiri.

"Ayo kita mulai bekerja! Mulai sekarang kau secretary-ku! Kita akan sibuk di ruanganku, Yamanbagiri!"

Entah mengapa, wajah Yamanbagiri merah padam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pindah

AKIKO PINDAH LAPAK WWWW Jadi ke wordpress kkkk Linknya disini yak UwU Tapi beberapa rant masih tetep disini, kkkk Kenapa pindah? Ka...